resensi cerpen
GADIS
Oleh : Jesika Amanda
Judul cerpen :
Gadis
Pengarang :
Asma Nadia
Penerbit :
Erlangga, Jakarta
Cetakan :
Ketiga, tahun 2008
Tebal buku : halaman
9 - 13
Cerpen
yang berjudul “Gadis!” saya pilih untuk saya resensi karena menurut saya cerpen
tersebut mempunyai nilai-nilai moral yang baik yang dapat mengingatkan pembaca
agar terus bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan. Manusia adalah mahluk
paling sempurna yang telah tuhan ciptakan dari mahluk tuhan yang lainnya. Lewat
karangannya Nadia mengajak pembaca untuk lebih memahami tentang indahnya
bersyukur. Ia mengenalkan kepada pembaca tokoh-tokoh yang memiliki kelebihan
dan kekurangan nya masing-masing. Nadia mengajak kita untuk mengingat bahwa
manusia lah mahluk yang paling sempurna yang telah tuhan ciptakan. Jangan hanya
melihat ke atas saja atau hanya melihat manusia yang lebih sempurna dari diri
kita sendiri. Tapi lihatlah di luar sana banyak mahluk yang tidak memiliki
kesempurnaan seperti apa yang kita miliki. Kekurangan itu bukanlah kutukan dari
tuhan. Tapi kekurangan itu yang bisa mengajarkan kita untuk tabah dan
bersyukur. Cerpen tersebut dapat kita jadikan cermin bagi kita semua. Itulah
kaca yang menunjukan betapa bodohnya kita jika kita iri terhadap kesempurnaan
orang lain.
Keempat
gadis yang merasa dirinya paling malang ini selalu iri dengan kesempurnaan yang
dimiliki orang lain. Mereka selalu berangan-angan dan meminta kepada tuhan agar
diberi kesempurnaan fisik. Gadis 1 selalu bertanya jika sedang bercermin,
mengapa saya begitu jelek? Rambutnya tipis, bibirnya tebal, hidungnya pesek ,
dahinya lebar, kulitnya gelap dan berkacamata. Sedangkan gadis 2, tinggi,
putih, langsing, tapi sayangnya dia mempunyai hidung yang besar dan dia selalu
protos terhadap tuhan, dia meminta kepada tuhan agar hidungnya kecil. Gadis 3
banyak orang yang menyebutnya buntelan karung berjalan. Dia bertubuh pendek dan
gemuk. Dia sudah biasa dengan ejekan orang-orang, tapi dia ingin sekali menjadi
langsing dan bisa mempunyai pacar seperti teman-temannya yang lain. Gadis 4
memiliki postur tubuh ideal, langsing , tinggi, rambutnya bagus, wajahnya oval,
matanya indah, dan bulu matanya lentik. Tapi gadis ini sering merasa tidak percaya
diri dengan jerawat yang memenuhi pipi dan dagunya.
Ketika
gadis itu dipersatukan oleh takdir di salah satu halte bus. Mereka saling
melirik dan mengomentari penampilan-penampilan perempuan yang lain di dalam
hati. Tak lama kemudian berhentilah sebuah bus tepat di depan halte bus
tersebut, dan dilihatnya seorang gadis dengan penampilan berantakan turun, dia
adalah gadis 1.
Setengah
jam di halte membuat mereka lebih berfikir tentang karunia tuhan. Seorang
laki-laki lewat di depan mereka. Dengan pakaian yang sederhana, kemeja lengan
panjang yang digulung dengan warna putih yang hampir cokelat, celana panjang
hitam dan sandal tipis. Laki-laki itu mungkin manusia atau mahluk terburuk yang
pernah ada. Wajahnya kriput dan tua, ada noda hitam besar menutupi wajahnya,
matanya picek, bibirnya sumbing. Lelaki itu berjalan terseok dengan dua kaki
yang tidak sama panjangnya. Bagaimana rasanya menjadi laki-laki berwajah buruk
seperti itu? ternyata aku bukan yang terburuk! Batin 4 gadis tersebut . mereka
mulai bersyukur dengan kesempurnaan yang telah tuhan berikan. Tak ada yang
lebih baik selain hati yang tak pernah lelah bersyukur.
Menyaksikan
tingkah empat gadis itu memaksa Nadia untuk menciptakan suasana dan
karakteristik dari keempat gadis itu dengan bahasa yang menarik dan mudah
dipahami oleh pembaca. Bahasanya yang tidak terlalu baku dan ceritanya yang
memiliki alur maju membuat cerita lebih hidup. Tema nya yang mengangkat dari
kebanyakan kisah hidup dan sikap seseorang terutama gadis-gadis remaja membuat
pembaca menjadi mudah untuk bermajinasi. Saat keempat gadis berteduh di halte
bus menjadi setting tempat dan suasana yang tepat, karena umum dan banyak orang
yang tahu. Tokoh satu dengan yang lain menunjukan karakter yang sama yaitu iri
dan tidak bersyukur. Penampilan fisik mereka yang berbeda-beda dan unik membuat
pembaca lebih tertarik untuk memmbaca cerpen itu. sudut pandang yang digunakan
Nadia pada cerpen tersebut merupakan sudut pandang orang ketiga serba tahu,
dimana Nadia menceritakan semua yang dia tahu dan dia tuangkan ke dalam cerpen
tersebut dengan bahasa yang mudah / bahasa ala Nadia. Cerpen yang ditulis oleh
Nadia ini selain memiliki kelebihan, cerpen tersebut juga memiliki kekurangan.
Tokoh yang hanya disebutkan dengan kode nama 1,2,3, dan 4 dapat membuat bingung
para pembaca.
Cerpen
yang berjudul “Gadis” ini ternyata mempunyai unsur kelebihan dan kekurangan.
Tetapi cerpen tersebut lebih banyak mempunyai kelebihan karena semua unsur
kelebihan dalam cerpen mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Walaupun tokoh
dalam cerpen tersebut tidak memiliki nama yang jelas tetapi bahasa, alur,
setting, amanat, sudut pandang, tema dan
penokohannya jelas dan menarik untuk dibaca. Jadi dapat disimpulkan bahwa
cerpen tersebut sangat bagus.
Dilihat
dari unsur-unsur cerpen yang berjudul “Gadis” ternyata masih memiliki hal-hal
yang kurang pas. Seharusnya penulis memperhatikan tokoh dan penokohannya.
Karakter dari masing-masing tokoh sudah bagus karena menggambarkan karakter
yang berbeda-beda dan unik. Tapi karena tokoh hanya diberi nama 1,2,3 dan 4
saja, jadi tokoh tidak mudah diingat para pembaca.
Jogonalan,
14 november 2013
Komentar
Posting Komentar