Contoh penelitian sosiologi



“terjadinya kebudayaan menyontek dikalangan pelajar SD,SMP,SMA di Klaten"


Disusun oleh:

fenti mustikasari
firdaus bagas rizky priyanto
jesika amanda
luluk fauziah
ridky


SMA N 1 JOGONALAN
Tahun ajaran 2013/2014




  
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan petunjuknya, kami dapat menyelesaikan penelitian sosial yang berjudul  Terjadinya Kebudayaan Mencontek Pada Pelajar , dengan baik.
      Dalam penyusunan  Makalah  ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.  Dra.Harsi. Selaku Guru  Sosiologi yang telah membantu dalam membimbing kami dalam penyusunan hasil penelitian sosial ini.
2.  Teman-teman dan pihak pihak yang turut serta membantu dalam penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan hasil penelitian sosial ini.

Klaten, 13 Desember 2013
                                                Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………….. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………………………..………………….       1
 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………………… 1
 1.2 Tujuan  penelitian ………………………………………………………………………………… 2
 1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………….. 2
 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………………………….. 2                         
BAB 2. LANDASAN TEORI ……………………………………………………………………………..... 3
 2.1 Pengertian Menyontek ………………………………………………………………………..…. 3
 2.2 Faktor Penyebab Menyontek ………………………………………………………………..….. 4
2.3 Dampak Menyontek………………………………………………………………………………. 6
2.4 Cara Mengatasi Menyontek……………………………………………………………………… 7
BAB 3. HASIL PENELITIAN………………………………………………………………………….….. 10
3.1 Hasil Angket…………………………………………………………………………………….…. 10
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………… 12
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………... 12
4.2 Saran…………………………………………………………………………………………….… 12
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………...… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….…... 15

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG MASALAH
S

aat ini di sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi telah melaksanakan ujian mid semester maupun ujian semester. Peserta ujian dalam hal ini siswa maupun mahasiswa berusaha untuk menyelesaikaan soal atau permasalahan yang telah disiapkan oleh penguji (guru maupun dosen) agar memperoleh hasil belajar sesuai dengan apa yang telah diterimanya selama melaksanakan proses pembelajaran. Suatu permasalahan klasik muncul, dimana ada peserta didik yang melakukan suatu tindakan yang dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita namakan “menyontek”.
“Menyontek” merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari, tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan kita di Indonesia. Kurangnya pembahasan mengenai “menyontek” mungkin disebabkan karena kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya sepele, padahal masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat mendasar.
Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar, penipu-penipu ulung mungkin adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di bangku sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa “menyontek” di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat kerah putih dalam masyarakat nanti. Mengapa para pendidik dan para peneliti begitu tertarik mempersoalkan masalah “menyontek”? Dalam menjawab pertanyaan ini paling tidak terdapat dua alasan yang mendasar yaitu:  
1.      “menyontek” jelas sangat bertentangan dengan nilai-nilai dasar (damental) pendidikan;
2.      “menyontek” dalam segala bentuknya membawa resiko negatif terhadap siswa, sekolah, dan masyarakat.









1.2 Tujuan penelitian
a.  Untuk memberikan informasi tentang pengertian “menyontek” dan factor penyebab “menyontek”
b.  Untuk memahami “menyontek” dari tinjauan moral ,dan
c.  Memberikan masukan tentang cara-cara penanggulangan “menyontek” disekolah.

1.3 Rumusan masalah
a.  Apakah yang menyebabkan mereka menyontek saat ujian berlangsung?
b.  Mengapa siswa suka menyontek saat ujian?
c.  Bagaimana cara mengantisipasi masalah siswa yang suka menyontek?

1.4 Manfaat penelitian
a.       Dapat mengetahui alasan siswa yang suka menyontek.
b.      Dapat memberi masukan bagi para murid yang sering menyontek agar tidak   menyontek  lagi.
c.       membuat siswa jera dan tidak akan mengulangi kebiasaannya menyontek.


















BAB II
Landasan Teori

2.1  Pengertian Menyontek
Pengertian menyontek atau menjiplak atau ngepek menurut Purwadarminta sebagai suatu kegiatan mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas ataupun take home test.
Dalam perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.
Dalam tingkatan yang lebih intelek, sering kita dengar plagiat karya ilmiah seperti dalam wujud memb ajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri.
Ternyata praktik “menyontek” banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang canggih. Teknik “menyontek” tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin canggih pula bentuk ”menyontek” yang bakal menyertainya. Bervariasi dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai “menyontek” maka sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar pernah melakukan ”menyontek” meskipun mungkin wujudnya sangat sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat ditolerir.
Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai kepada yang mungkin dapat ditolerir, ”menyontek” tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan “menyontek” dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik-trik yang tidak jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik terutama yang terkait dengan evaluasi/ujian hasil belajar.
Namun, menyontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian. Biasanya usaha menyontek dimulai pada waktu ulangan dan ujian akan berakhir, tapi tidak jarang usaha tersebut telah dimulai sejak ujian dimulai. Walaupun kata menyontek telah dikenal, sejak lama namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek baru ditemukan pada kata jiplak menjiplak yaitu mencontoh atau meniru ( tulisan pekerjaan orang lain ). Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia istilah menyontek memiliki pengertian yang hampir sama yaitu “ Tiru hasil pekerjaan orang lain”.

2.2  Faktor penyebab menyontek
Menurut Nugroho (2008), yang menjadi penyebab munculnya tindakan ”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.

A.    Faktor dari dalam diri sendiri
  1. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan    ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
    2. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
    3. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
    4. Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dar i guru/dosen.
    5. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada    pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
6.Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
7.Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.



B.     Faktor dari Guru
1.Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
2. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
3.  Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
4.  Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.

C.    Faktor dari Orang Tua
1. Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
2. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya,sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.

D.    Faktor dari Sistem Pendidikan
1.      Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
2.      Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.

Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat Smith yang menemukan bahwa keputusan moral (moral decision) dan motivasi untuk berprestasi/ ketakutan untuk gagal menjadi alasan yang signifikan seseorang untuk melakukan ”menyontek”. Alhadza juga pernah melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada sekitar 60 orang mahasiswa di PPS UNJ. Dari hasil kuisioner tersebut didapatkan jawaban tentang alasan seseorang melakukan menyontek dengan pengelompokan sebagai berikut.
1.  Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan “menyontek” meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
2.  Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku (buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari buku teks.
3.  Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
4.  Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5.  Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
6.  Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan belajar keras atau serius.
7.  Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.
8.  Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan.
9.  Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
10. Mencari jalan pintas de ngan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.
12. Penugasan guru/dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabui dosen/guru yang bersangkutan.

2.3 Dampak dari perbuatan menyontek
Dampak yang timbul dari praktek menyontek yang secara terus menerus dilakukan akan mengakibatkan ketidakjujuran Jika tidak, niscaya akan muncul malapetaka: peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor. (Poedjinoegroho, 2006).
Selain itu kebiasaan mencontek juga akan mengakibatkan seseorang iti tdak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain. Sehingga seseorang tersebut tidak mau mempergunakan otaknya sendiri dan tentu saja akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur. Bahkan yang lebih parah lagi pendidikan tidak akan maju.

2.4 Cara Mengatasi Kebudayaan Menyontek
Kita sebagai calon pendidik tentunya memiliki tugas yang berat dalam upaya mengatasi kebiasaan mencontek di kalngan pelajar. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sebagai calon guru ialah memberikan motifasi pada siswa yang mencontek pada saat ulangan agar siswa dapat bersikap jujur dalam menghadapi ulangan dan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengadapi persoalan setiap siswa, yaitu:
1.      Siswa bukanlah miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan denagan orang dewasa.
2.      Siswa mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implimintasi terhadap pendidikan adalah bagaimana menyesuaikan proses pendidiakn itu dengan pola dan tempo, serta irama dan perkembangan siswa itu sendiri.
3.      Siswa memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin.
4.      Siswa memiliki perbedaan antara individu–individu dengan individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
5.      Siswa dipandang sebagai kesatuan sistem manusia (cipta, rasa, karsa).
6.      Siswa merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif.
            Tindakan guru pada umumnya dalam pelaksanaan ujian dan ulangan dengan memberikan penguatan dan peneguhan terhadap sikap dan perilaku mereka yang positif, dimana mereka berusaha sendiri menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tertib. Namun bila tidak ada perilaku positif yang dapat diberikan penguatan dan peneguhan maka dibutuhakan pendekatan lain yaitu:
a)      Cuing Promping, yaitu siasat memberikan tanda, guru menyajikan suatu perangsang yang berfungsi sebagai pemberitahuan bahwa siswa diharapkan berbuat sesuatu yang sebenarnya dapat mereka lakukan, tetapi belum dilakukan.
b)      Model, yaitu guru memberikan model yang ditiru oleh siswanya.
c)      Shaping, yaitu membuat tingkah laku secara berlahan–lahan, yaitu setiap tingkah laku siswa, seperti mengatur buku, menyapa guru atau teman, cara ini memerlukan kesabaran yang sangat dari guru.
            Adapun tindakan kuratif guru, berlaku bagi siswa yang sudah terbiasa dengan contek mencontek, dengan memberikan peringatan . bentuk kongkrit dari peringatan dapat bermacam- macam, yaitu :
a)      Teguran Verbal, yaitu mendekati siswa tertentu dengan berbicara suara kecil sehingga tidak terdengar oleh teman sekelas
b)      Mengambil suatu hal yang digemari atau disukai siswa, seperti mengikuti kegiatan tertentu atau menyerahkan benda yang dipegangnya.
c)       Mengisolasi siswa dari teman – temannya untuk waktu tidak terlalu lama, seperti memindahkannya diruang kosong atau tempat yang jarang dilalui orang.
            Jadi,  dari bentuk tindakan guru yang telah dipaparkan, guru dapat membantu siswanya untuk meninggalkan kebiasaan menyontek dalam ujian atau ulangan dengan berusaha melakukan berbagai hal sebagai berikut:
a)      Membentuk hubungan saling menghargai antara guru –siswa, serta menolong murid bertindak jujur dan tanggung jawab.
b)      Membuat dan mendukung peraturan sehubungan dengan menyontek, karena siswa memahami peraturan dari tindakan guru.
c)      Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan belajar yang baik dan menolong siswa merencanakan, melaksanakan cara belajar siswa.
d)      Tidak membiarkan siswa menyontek jika hal tersebut terjadi dalam kelas dengan teguran atau cara lain yang pantas dengan perbuatannya, sebagai penerapan disiplin.
e)      Bertanggung jawab merefleksikan “kebenaran dan kejujuran”, yaitu guru menjadikan diri sebagai teladan siswa dalam menanamkan nilai kebenaran dan kejujuran.
f)       Menggunakan test subjektif sebagai dasar proses ulangan dan ujian.
g)      Menekankan “Belajar” lebih sekedar mendapat nilai, yaitu membantu siswa memahami arti belajar sebagai suatu tujuan mereka sekolah, dan nilai akan berarti bila murni dengan kemampuan siswa sendiri.




































BAB III
Hasil Penelitian

3.1       Hasil Angket
Dilihat dari hasil angket yang telah disebarkan didapatkan sebuah data bahwa;
1.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 30 orang mengatakan pernah menyontek, 6 orang mengatakan sering menyontek, 14 orang mengatakan kadang-kadang menyontek, dan tidak ada yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah menyontek.
2.   Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 24 orang mengatak an mereka menyontek setiap ada PR dan tugas dari guru saja, 17 orang mengatakan mereka menyontek saat ulangan harian, 3 orang mengatakan hanya saat ujian(UAS/UN), 12 orang mengatakan mereka menyontek setiap saat.
3.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. Dalam satu minggu 5 orang mengatakan menyontek lebih dari 6 kali, 33 orang kurang dari 6 kali, 1 orang 6 kali, dan 12 orang tidak terhitung.
4.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 22 orang menyatakan bahwa mereka sering menyontek pada pelajaran matematika, 5 orang pada pelajaran bahasa(indonesia,inggris,jawa,jerman, dll), 7 orang pada pelajaran IPA, 9 orang pada pelajaran IPS, dan 10 orang pada pelajaran lainnya.
5.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 21 orang betujuan menyontek agar mendapat nilai bagus, 20 orang untuk meyakinkan jawaban, 8 orang karena tidak percaya diri, 6 orang belum menguasai materi, 13 orang karena kepepet.
6.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 9 orang menyatakan bentuk menyontek yang sering mereka gunakan adalah membuat catatan kecil, 14 orang dengan membuka buku, 33 orang menanyakan jawaban kepada teman, 4 orang menggunakan teknologi.
7.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 1 orang menyatakan bahwa dia sering ketahuan saat menyontek, 17 orang mengatakan pernah ketahuan, 7 orang mengatakan pernah sesekali ketahuan, 26 orang tidak pernah ketahuan.
8.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 14 orang menggunakan cara tidak gugup agar tidak ketahuan saat menyontek, 8 orang dengan cara mengalihkan perhatian guru, 10 orang dengan cara tidak berisik dan menggunakan kode dengan teman, 24 orang menggunakan cara saat guru memperhatikan pura-pura mengerjakan.
9.  Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 1 orang mengatakan sangat puas dengan hasil menyontek, 9 orang cukup puasm 26 orang biasa saja, 15 orang tidak puas.
10. Dari 50 siswa siswi SD sampai S12MA di kota Klaten. 28 orang sangat ingin membersihkan diri dari kebiasaan menyontek, 15 orang ingin membersihkan diri, 5 orang biasa saja, 3 orang tidak ingin.



Data :
1.  Lebih dari 50% siswa siswa SD – SMA di kota Klaten pernah menyontek.
2.  Hampir 50% dari siswa SD – SMA di kota Klaten menyontek setiap ada tugas dan PR dari guru.
3.  70% siswa SD – SMA di kota Klaten menyontek kurang dari 6 kali dalam seminggu.
4.  50% siswa SD – SMA di kota Klaten biasanya menyontek pada pelajaran matematika.
5.  Hampir 50% siswa SD – SMA di kota Klaten menyontek dengan tujuan agar mendapat nilai bagus.
6.  70% siswa SD – SMA di kota Klaten sering menyontek dengan cara bertanya kepada teman.
7.  50% siswa SD – SMA di kota Klaten mengaku bahwa mereka tidak pernah ketahuan saat menyontek
8.  50% siswa SD – SMA di kota Klaten menggunakan cara saat guru memperhatikan pura-pura serius mengerjakan agar tidak ketahuan saat menyontek
9.  50% siswa SD – SMA di kota Klaten mengatakan bahwa mereka biasa saja dengan hasil menyontek
10.60% siswa SD – SMA di kota Klaten menyatakan bahwa mereka sangat ingin membersihkan diri dari kebiasaan menyontek.
Dari angket yang telah disebarkan dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten pernah menyontek setiap ada tugas dari guru. Banyak siswa menyontek bertujuan agar mendapatkan nilai yang bagus. Kebanyakan siswa kesulitan dan menyontek dalam mata pelajaran matematika. Bentuk menyontek yang sering digunakan siswa siswi adalah menanyakan jawaban kepada teman, karena cara tersebut merupakan cara yang paling mudah dilakukan saat ujian, karena cara tersebut tidak banyak membuang waktu untuk melihat buku, atau browsing di internet dan cara tersebut merupakan cara yang tidak mengandung banyak resiko ketahuan, karena jika ketahuan mereka bisa mengelak dan tidak ada bukti fisiknya. Hampir kebanyakan siswa TIDAK PERNAH KETAHUAN SAAT MENYONTEK karena gerak gerik yang mereka gunakan agar tidak ketahuan saat menyontek adalah saat guru/pengawas memperhatikan dan curiga kepada mereka, mereka pura-pura mengerjakan serius. Dalam hal ini terbukti bahwa guru kurang teliti memperhatikan siswa saat ujian, banyak siswa yang lolos dari pengawasan guru. Banyak dari mereka yang tidak puas dengan nilai yang mereka peroleh dari hasil menyontek, karena nilai yang mereka dapat bukan dari hasil usaha mereka sendiri, melainkan hasil dari kecurangan mereka. Tapi sebenarnya di dalam hati nurani mereka  banyak dari mereka yang sangat ingin membersihkan diri dari budaya menyontek tersebut. Karena menyontek perbuatan yang curang, yang dapat merugikan diri sendiri. Dan bisa menimbulkan ketergantungan kepada sesuatu/seseorang. 






BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Mencontek merupakan kegiatan mengutip, menjiplak, meniru tulisan atau hasil pekerjaan milik orang lain tanpa memperhatikan prinsip keadilan agar dapat terhindar dari kegagalan. Ada berbagai macam faktor yang dapat mendorong seseorang untuk mencontek yaitu faktor diri sendiri, faktor guru, faktor pendidikan dan faktor orang  tua. Menyontek dapat mengakibatkan ketidakjujuran dan ketergantungan kepada sesuatu. Guru berperan penting untuk menghilangan kebudayaan menyontek pada siswa-siswinya.
4.2 Saran
Seharusnya diperlukan adanya pengawasan yang lebih ketat oleh guru terhadap murid saat ulangan atau ujian berlangsung. Diperlukan adanya motivasi diri dari orang tua tentang bagaimana menanamkan rasa percaya diri dan bangga terhadap kemampuan yang dimiliki.

















DAFTAR PUSTAKA

Alhadza, Abdullah, 2004, Masalah menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan, http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal
Megawangi, Ratna, 2005, Indonesia Merdeka, Manusia Indonesia Merdeka?. http://www.suarapembaruan.com.
Poedjinoegroho, Baskoro. E, 2006, Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor, http://ilman05.blogspot.com
Purwanto, Ngalim, Drs.,M., MP., 2004, Psikologi Pendidikan, Rosdakarya, Bandung
Rakasiwi, Agus, 2007, Nyontek, Masuk Katagori “Kriminogen”, http://www.pikiran-rakyat.com
Suparno, Paul, DR, SJ, 2000, Sekolah Memasung Kebebasan Berfikir Siswa, https://www.kompas.com/kompas
Vegawati, Dian., Oki, Dwita.,P.S., Noviani, Dewi Rina, 2004, Perilaku Mencontek di Kalangan Mahasiswa, http://www.pikiran-rakyat.com.
Widiawan, Kriswanto, Ir, 1995, Menyontek Jadi Budaya Baru, http://www1.bpkpenabur.or.id/kwiyata


 NB : TIDAK UNTUK DIJIPLAK ! HINDARI PLAGIAT , KARENA AKAN MERUGIKAN DIRI SENDIRI !

Komentar

  1. Kenapa harus di upload kalau tidak untuk dijiplak???!!

    BalasHapus
  2. nama saya Ibu Lestari Abyasa dari Balikpapan di Indonesia. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengedukasi setiap orang yang mencari pinjaman agar berhati-hati karena ada kreditor palsu. Beberapa bulan yang lalu, saya mengalami kerugian finansial, dan saya memutuskan untuk mencari pinjaman dari Manusia di Singapura dan saya ditipu.

    Saya hampir putus asa sampai menemukan seseorang Ayu Amangku email ayuamangku@gmail.com yang membagikan testimoni seorang pemberi pinjaman online bernama Ibu Rika Anderson, dari RIKA ANDERSON LOAN COMPANY yang meminjamkan 100 juta pinjaman tanpa jaminan dan suku bunga yang terjangkau beberapa hari yang lalu. Saya juga melihat postingan di blog Margaretha Asmaran email margarethaasmaran@gmail.com.

    Saya juga bertanya kepada Merpati Darma melalui email merpatidarma@gmail.com dan saya yakin dan setelah pinjaman saya ditransfer ke rekening bank BCA saya, saya terkejut melihat saldo rekening saya dan menemukan jumlah yang saya serahkan ditransfer langsung ke bank saya akun oleh ibu Rika Anderson tanpa penundaan. Dan saya berjanji akan membagikan kabar baik agar orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres.

    Dan Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: lestariabyasan@gmail.com Tolong saya ingin Anda menggunakan informasi ini dan terbebas dari kesulitan keuangan Anda.

    KESAKSIAN: Lestari Abyasa
    BCA: 7683724750
    dari Balikpapan di Indonesia.
    Saya adalah saksi sejati dari perusahaan peminjaman Ms. Rika.
    PERUSAHAAN PINJAMAN RIKA ANDERSON
    Situs web: rikaandersonloancompany.webs.com
    Email: rikaandersonloancompany@gmail.com
    Hanya Whatsapp: +1(323) 689-3663

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA DAN DI DUNIA

MAKALAH AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

MAKALAH KOPERASI SEKOLAH