Contoh penelitian sosiologi
“terjadinya kebudayaan menyontek dikalangan pelajar
SD,SMP,SMA di Klaten"
Disusun oleh:
fenti mustikasari
firdaus bagas rizky priyanto
jesika amanda
luluk fauziah
ridky
SMA
N 1 JOGONALAN
Tahun
ajaran 2013/2014
Kata
Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan petunjuknya, kami dapat
menyelesaikan penelitian sosial yang
berjudul “Terjadinya Kebudayaan Mencontek Pada Pelajar” , dengan baik.
Dalam penyusunan Makalah
ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dra.Harsi.
Selaku Guru Sosiologi yang telah
membantu dalam membimbing kami dalam penyusunan hasil penelitian sosial ini.
2. Teman-teman
dan pihak pihak yang turut serta membantu dalam penelitian ini sehingga dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dan masukan dari semua
pihak demi kesempurnaan hasil
penelitian sosial ini.
Klaten, 13 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
……………………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………….. ii
BAB 1.
PENDAHULUAN ……………………………………………………………..…………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan penelitian ………………………………………………………………………………… 2
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………..
2
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………………………..
2
BAB 2. LANDASAN TEORI ……………………………………………………………………………..... 3
2.1 Pengertian Menyontek ………………………………………………………………………..….
3
2.2 Faktor
Penyebab Menyontek ………………………………………………………………..….. 4
2.3 Dampak Menyontek……………………………………………………………………………….
6
2.4 Cara Mengatasi Menyontek………………………………………………………………………
7
BAB 3. HASIL PENELITIAN………………………………………………………………………….….. 10
3.1 Hasil Angket…………………………………………………………………………………….….
10
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………… 12
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………...
12
4.2 Saran…………………………………………………………………………………………….… 12
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………...… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….…... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
S
|
aat ini di
sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi telah melaksanakan
ujian mid semester maupun ujian semester. Peserta ujian dalam hal ini siswa
maupun mahasiswa berusaha untuk menyelesaikaan soal atau permasalahan yang
telah disiapkan oleh penguji (guru maupun dosen) agar memperoleh hasil belajar
sesuai dengan apa yang telah diterimanya selama melaksanakan proses pembelajaran.
Suatu permasalahan klasik muncul, dimana ada peserta didik yang melakukan suatu
tindakan yang dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita namakan “menyontek”.
“Menyontek” merupakan salah satu fenomena pendidikan
yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar
mengajar sehari-hari, tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan
kita di Indonesia. Kurangnya pembahasan mengenai “menyontek” mungkin disebabkan
karena kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya
sepele, padahal masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat
mendasar.
Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang
kita mendengar asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor
besar, penipu-penipu ulung mungkin adalah penyontek-penyontek berat ketika
mereka masih berada di bangku sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa
“menyontek” di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan
penjahat kerah putih dalam masyarakat nanti. Mengapa para pendidik dan para
peneliti begitu tertarik mempersoalkan masalah “menyontek”? Dalam menjawab
pertanyaan ini paling tidak terdapat dua alasan yang mendasar yaitu:
1. “menyontek” jelas sangat
bertentangan dengan nilai-nilai dasar (damental) pendidikan;
2. “menyontek” dalam segala bentuknya
membawa resiko negatif terhadap siswa, sekolah, dan masyarakat.
1.2 Tujuan penelitian
a.
Untuk
memberikan informasi tentang pengertian “menyontek” dan factor penyebab
“menyontek”
b.
Untuk memahami “menyontek” dari tinjauan moral ,dan
c.
Memberikan masukan tentang cara-cara penanggulangan
“menyontek” disekolah.
1.3 Rumusan masalah
a. Apakah yang
menyebabkan mereka menyontek saat ujian berlangsung?
b.
Mengapa siswa suka menyontek saat ujian?
c. Bagaimana cara
mengantisipasi masalah siswa yang suka menyontek?
1.4 Manfaat penelitian
a.
Dapat mengetahui alasan siswa yang suka menyontek.
b.
Dapat memberi masukan bagi para murid yang sering
menyontek agar tidak menyontek lagi.
c.
membuat siswa jera dan tidak akan mengulangi
kebiasaannya menyontek.
BAB II
Landasan Teori
2.1 Pengertian
Menyontek
Pengertian menyontek
atau menjiplak atau ngepek menurut Purwadarminta sebagai suatu kegiatan
mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang termasuk dalam
kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung
pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan pada kertas,
pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping
jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar)
mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam
menyelesaikan tugas ujian di kelas ataupun take home test.
Dalam perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.
Dalam perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.
Dalam tingkatan yang
lebih intelek, sering kita dengar plagiat karya ilmiah seperti dalam wujud memb
ajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tesis, ataupun
desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri.
Ternyata praktik
“menyontek” banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada
bentuk yang canggih. Teknik “menyontek” tampaknya mengikuti pula perkembangan
teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan
semakin canggih pula bentuk ”menyontek” yang bakal menyertainya. Bervariasi dan
beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai “menyontek” maka
sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar pernah melakukan ”menyontek”
meskipun mungkin wujudnya sangat sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat
ditolerir.
Meskipun demikian
dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara sederhana ataupun dengan
cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai kepada yang mungkin
dapat ditolerir, ”menyontek” tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai
perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan
etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan
“menyontek” dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik-trik yang tidak
jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yang dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik
terutama yang terkait dengan evaluasi/ujian hasil belajar.
Namun,
menyontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan
dengan kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian. Biasanya usaha
menyontek dimulai pada waktu ulangan dan ujian akan berakhir, tapi tidak jarang
usaha tersebut telah dimulai sejak ujian dimulai. Walaupun kata menyontek telah
dikenal, sejak lama namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut
tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek baru ditemukan pada kata
jiplak menjiplak yaitu mencontoh atau meniru ( tulisan pekerjaan orang lain ).
Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia istilah menyontek memiliki pengertian yang
hampir sama yaitu “ Tiru hasil pekerjaan orang lain”.
2.2
Faktor penyebab menyontek
Menurut Nugroho (2008), yang menjadi
penyebab munculnya tindakan ”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik
yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar
(eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
A. Faktor dari dalam diri sendiri
1. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam
mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar
baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
2. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada
ilmu.
3. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari
insting untuk bertahan.
4. Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan.
Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak
mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dar
i guru/dosen.
5. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang
kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting
sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
6.Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu
mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan
termasuk test/ujian.
7.Tidak ingin dianggap sok suci dan
lemahnya tingkat keimanan.
B. Faktor
dari Guru
1.Guru tidak mempersiapkan proses belajar
mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan
pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
2. Guru terlalu
banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat
soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan
kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi
soal.
3. Soal yang
diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
4. Tidak ada
integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal
diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
C. Faktor
dari Orang Tua
1. Adanya hukuman
yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
2. Ketidaktahuan
orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya,sehingga
yang terjadi pemaksaan kehendak.
D. Faktor
dari Sistem Pendidikan
1. Meskipun
pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem
pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari
guru untuk siswa.
2. Muatan materi
kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang
lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah
setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan
karena kebosanan.
Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat Smith
yang menemukan bahwa keputusan moral (moral decision) dan motivasi untuk
berprestasi/ ketakutan untuk gagal menjadi alasan yang signifikan seseorang
untuk melakukan ”menyontek”. Alhadza juga pernah melakukan penelitian dengan
menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada sekitar 60 orang
mahasiswa di PPS UNJ. Dari hasil kuisioner tersebut didapatkan jawaban tentang
alasan seseorang melakukan menyontek dengan pengelompokan sebagai berikut.
1. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan “menyontek”
meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku (buku
sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari
buku teks.
3. Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
4. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5. Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi tidak mau
menundanya dan tidak mau gagal.
6. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan
belajar keras atau serius.
7. Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur
tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga
perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.
8. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu
terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan.
9. Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara
soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
10. Mencari jalan pintas de
ngan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang belum tentu keluar
lebih baik mencari bocoran soal.
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi
kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.
12. Penugasan guru/dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa/mahasiswa
terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabui
dosen/guru yang bersangkutan.
2.3
Dampak dari perbuatan menyontek
Dampak yang timbul dari praktek menyontek yang secara terus
menerus dilakukan akan mengakibatkan ketidakjujuran Jika tidak, niscaya akan
muncul malapetaka: peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur,
yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor. (Poedjinoegroho, 2006).
Selain itu kebiasaan mencontek juga
akan mengakibatkan seseorang iti tdak mau berusaha sendiri dan selalu
mengandalkan orang lain. Sehingga seseorang tersebut tidak mau mempergunakan
otaknya sendiri dan tentu saja akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan
tidak jujur. Bahkan yang lebih parah lagi pendidikan tidak akan maju.
2.4
Cara Mengatasi Kebudayaan Menyontek
Kita sebagai calon pendidik tentunya memiliki tugas yang berat
dalam upaya mengatasi kebiasaan mencontek di kalngan pelajar. Salah satu upaya
yang bisa kita lakukan sebagai calon guru ialah memberikan motifasi pada siswa
yang mencontek pada saat ulangan agar siswa dapat bersikap jujur dalam
menghadapi ulangan dan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengadapi persoalan
setiap siswa, yaitu:
1. Siswa bukanlah miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan denagan orang dewasa.
2. Siswa mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implimintasi terhadap
pendidikan adalah bagaimana menyesuaikan proses pendidiakn itu dengan pola dan
tempo, serta irama dan perkembangan siswa itu sendiri.
3. Siswa memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan
itu semaksimal mungkin.
4. Siswa memiliki perbedaan antara individu–individu dengan individu
yang lain, baik perbedaan yang disebabkan faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat,
minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
5. Siswa dipandang sebagai kesatuan sistem manusia (cipta, rasa,
karsa).
6. Siswa merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta
produktif.
Tindakan guru pada umumnya dalam
pelaksanaan ujian dan ulangan dengan memberikan penguatan dan peneguhan
terhadap sikap dan perilaku mereka yang positif, dimana mereka berusaha sendiri
menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tertib. Namun bila tidak ada perilaku
positif yang dapat diberikan penguatan dan peneguhan maka dibutuhakan
pendekatan lain yaitu:
a) Cuing Promping, yaitu siasat memberikan tanda, guru menyajikan
suatu perangsang yang berfungsi sebagai pemberitahuan bahwa siswa diharapkan berbuat
sesuatu yang sebenarnya dapat mereka lakukan, tetapi belum dilakukan.
b) Model, yaitu guru memberikan model yang ditiru oleh siswanya.
c) Shaping, yaitu membuat tingkah laku secara berlahan–lahan, yaitu
setiap tingkah laku siswa, seperti mengatur buku, menyapa guru atau teman, cara
ini memerlukan kesabaran yang sangat dari guru.
Adapun tindakan kuratif guru, berlaku
bagi siswa yang sudah terbiasa dengan contek mencontek, dengan memberikan
peringatan . bentuk kongkrit dari peringatan dapat bermacam- macam, yaitu :
a) Teguran Verbal, yaitu mendekati siswa tertentu dengan berbicara
suara kecil sehingga tidak terdengar oleh teman sekelas
b) Mengambil suatu hal yang digemari atau disukai siswa, seperti
mengikuti kegiatan tertentu atau menyerahkan benda yang dipegangnya.
c) Mengisolasi siswa dari teman –
temannya untuk waktu tidak terlalu lama, seperti memindahkannya diruang kosong
atau tempat yang jarang dilalui orang.
Jadi, dari bentuk tindakan guru yang telah dipaparkan,
guru dapat membantu siswanya untuk meninggalkan kebiasaan menyontek dalam ujian
atau ulangan dengan berusaha melakukan berbagai hal sebagai berikut:
a) Membentuk hubungan saling menghargai antara guru –siswa, serta
menolong murid bertindak jujur dan tanggung jawab.
b) Membuat dan mendukung peraturan sehubungan dengan menyontek,
karena siswa memahami peraturan dari tindakan guru.
c) Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan belajar yang baik dan
menolong siswa merencanakan, melaksanakan cara belajar siswa.
d) Tidak membiarkan siswa menyontek jika hal tersebut terjadi dalam
kelas dengan teguran atau cara lain yang pantas dengan perbuatannya, sebagai
penerapan disiplin.
e) Bertanggung jawab merefleksikan “kebenaran dan kejujuran”, yaitu
guru menjadikan diri sebagai teladan siswa dalam menanamkan nilai kebenaran dan
kejujuran.
f) Menggunakan test subjektif sebagai dasar
proses ulangan dan ujian.
g) Menekankan “Belajar” lebih sekedar mendapat nilai, yaitu membantu
siswa memahami arti belajar sebagai suatu tujuan mereka sekolah, dan nilai akan
berarti bila murni dengan kemampuan siswa sendiri.
BAB III
Hasil Penelitian
3.1
Hasil
Angket
Dilihat dari hasil angket yang telah
disebarkan didapatkan sebuah data bahwa;
1.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 30 orang mengatakan pernah
menyontek, 6 orang mengatakan sering menyontek, 14 orang mengatakan
kadang-kadang menyontek, dan tidak ada yang mengatakan
bahwa mereka tidak pernah menyontek.
2.
Dari 50 siswa siswi SD sampai SMA di kota
Klaten. 24 orang mengatak
an mereka menyontek setiap ada PR dan tugas dari
guru saja, 17 orang mengatakan mereka menyontek saat ulangan harian, 3 orang
mengatakan hanya saat ujian(UAS/UN), 12 orang mengatakan mereka menyontek
setiap saat.
3.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. Dalam satu minggu 5 orang
mengatakan menyontek lebih dari 6 kali, 33 orang kurang dari 6 kali, 1 orang 6
kali, dan 12 orang tidak terhitung.
4.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 22 orang menyatakan bahwa mereka
sering menyontek pada pelajaran matematika, 5 orang pada pelajaran
bahasa(indonesia,inggris,jawa,jerman, dll), 7 orang pada pelajaran IPA, 9 orang
pada pelajaran IPS, dan 10 orang pada pelajaran lainnya.
5.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 21 orang betujuan menyontek agar
mendapat nilai bagus, 20 orang untuk meyakinkan jawaban, 8 orang karena tidak
percaya diri, 6 orang belum menguasai materi, 13 orang karena kepepet.
6.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 9 orang menyatakan bentuk
menyontek yang sering mereka gunakan adalah membuat catatan kecil, 14 orang
dengan membuka buku, 33 orang menanyakan jawaban kepada
teman, 4 orang menggunakan teknologi.
7.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 1 orang menyatakan bahwa dia
sering ketahuan saat menyontek, 17 orang mengatakan pernah ketahuan, 7 orang
mengatakan pernah sesekali ketahuan, 26 orang tidak
pernah ketahuan.
8.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 14 orang menggunakan cara tidak
gugup agar tidak ketahuan saat menyontek, 8 orang dengan cara mengalihkan
perhatian guru, 10 orang dengan cara tidak berisik dan menggunakan kode dengan
teman, 24 orang menggunakan cara saat guru
memperhatikan pura-pura mengerjakan.
9.
Dari
50 siswa siswi SD sampai SMA di kota Klaten. 1 orang mengatakan sangat puas
dengan hasil menyontek, 9 orang cukup puasm 26 orang
biasa saja, 15 orang tidak puas.
10.
Dari
50 siswa siswi SD sampai S12MA di kota Klaten. 28 orang
sangat ingin membersihkan diri dari kebiasaan menyontek, 15 orang ingin
membersihkan diri, 5 orang biasa saja, 3 orang tidak ingin.
Data
:
1.
Lebih
dari 50% siswa siswa SD – SMA di kota Klaten pernah menyontek.
2.
Hampir
50% dari siswa SD – SMA di kota Klaten menyontek setiap ada tugas dan PR dari guru.
3.
70%
siswa SD – SMA di kota Klaten menyontek kurang dari 6 kali dalam seminggu.
4.
50%
siswa SD – SMA di kota Klaten biasanya menyontek pada pelajaran matematika.
5. Hampir 50% siswa SD – SMA di kota Klaten menyontek
dengan tujuan agar
mendapat nilai bagus.
6.
70%
siswa SD – SMA di kota Klaten sering menyontek dengan cara bertanya kepada teman.
7. 50% siswa SD – SMA di kota Klaten mengaku bahwa
mereka tidak
pernah ketahuan saat menyontek
8.
50%
siswa SD – SMA di kota Klaten menggunakan cara saat guru memperhatikan
pura-pura serius mengerjakan agar tidak ketahuan saat menyontek
9. 50% siswa SD – SMA di kota Klaten mengatakan bahwa
mereka biasa
saja dengan hasil menyontek
10.60% siswa SD – SMA di kota Klaten menyatakan bahwa mereka sangat ingin membersihkan diri dari
kebiasaan menyontek.
Dari angket yang telah disebarkan dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa siswi SD sampai SMA di kota
Klaten pernah menyontek setiap ada tugas dari guru.
Banyak siswa menyontek bertujuan agar mendapatkan nilai yang bagus. Kebanyakan
siswa kesulitan dan menyontek dalam mata pelajaran matematika. Bentuk menyontek
yang sering digunakan siswa siswi adalah menanyakan jawaban kepada teman,
karena cara tersebut merupakan cara yang paling mudah dilakukan saat ujian,
karena cara tersebut tidak banyak membuang waktu untuk melihat buku, atau
browsing di internet dan cara tersebut merupakan cara yang tidak mengandung
banyak resiko ketahuan, karena jika ketahuan mereka bisa mengelak dan tidak ada
bukti fisiknya. Hampir kebanyakan siswa TIDAK PERNAH KETAHUAN SAAT MENYONTEK
karena gerak gerik yang mereka gunakan agar tidak ketahuan saat menyontek
adalah saat guru/pengawas memperhatikan dan curiga kepada mereka, mereka
pura-pura mengerjakan serius. Dalam hal ini terbukti bahwa guru kurang teliti
memperhatikan siswa saat ujian, banyak siswa yang lolos dari pengawasan guru.
Banyak dari mereka yang tidak puas dengan nilai yang mereka peroleh dari hasil
menyontek, karena nilai yang mereka dapat bukan dari hasil usaha mereka
sendiri, melainkan hasil dari kecurangan mereka. Tapi sebenarnya di dalam hati
nurani mereka banyak dari mereka yang
sangat ingin membersihkan diri dari budaya menyontek tersebut. Karena menyontek
perbuatan yang curang, yang dapat merugikan diri sendiri. Dan bisa menimbulkan
ketergantungan kepada sesuatu/seseorang.
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Mencontek
merupakan kegiatan mengutip, menjiplak, meniru tulisan atau hasil pekerjaan
milik orang lain tanpa memperhatikan prinsip keadilan agar dapat terhindar dari
kegagalan. Ada berbagai macam faktor yang dapat mendorong seseorang untuk
mencontek yaitu faktor diri sendiri, faktor guru, faktor pendidikan dan faktor
orang tua. Menyontek dapat mengakibatkan
ketidakjujuran dan ketergantungan kepada sesuatu. Guru
berperan
penting untuk menghilangan kebudayaan menyontek pada siswa-siswinya.
4.2 Saran
Seharusnya
diperlukan adanya pengawasan yang lebih ketat oleh guru terhadap murid saat
ulangan atau ujian berlangsung. Diperlukan adanya motivasi diri dari orang tua
tentang bagaimana menanamkan rasa percaya diri dan bangga terhadap kemampuan
yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Alhadza,
Abdullah, 2004, Masalah menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan,
http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal
Megawangi,
Ratna, 2005, Indonesia Merdeka, Manusia Indonesia Merdeka?.
http://www.suarapembaruan.com.
Poedjinoegroho,
Baskoro. E, 2006, Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor,
http://ilman05.blogspot.com
Purwanto,
Ngalim, Drs.,M., MP., 2004, Psikologi Pendidikan, Rosdakarya, Bandung
Rakasiwi,
Agus, 2007, Nyontek, Masuk Katagori “Kriminogen”, http://www.pikiran-rakyat.com
Suparno, Paul,
DR, SJ, 2000, Sekolah Memasung Kebebasan Berfikir Siswa,
https://www.kompas.com/kompas
Vegawati,
Dian., Oki, Dwita.,P.S., Noviani, Dewi Rina, 2004, Perilaku Mencontek di
Kalangan Mahasiswa, http://www.pikiran-rakyat.com.
Widiawan,
Kriswanto, Ir, 1995, Menyontek Jadi Budaya Baru,
http://www1.bpkpenabur.or.id/kwiyata
NB : TIDAK UNTUK DIJIPLAK ! HINDARI PLAGIAT , KARENA AKAN MERUGIKAN DIRI SENDIRI !
Kenapa harus di upload kalau tidak untuk dijiplak???!!
BalasHapushanya untuk refrensi bukan untuk dijiplak
HapusUntuk contoh lampiran, mksdnya gimana?
Hapusnama saya Ibu Lestari Abyasa dari Balikpapan di Indonesia. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengedukasi setiap orang yang mencari pinjaman agar berhati-hati karena ada kreditor palsu. Beberapa bulan yang lalu, saya mengalami kerugian finansial, dan saya memutuskan untuk mencari pinjaman dari Manusia di Singapura dan saya ditipu.
BalasHapusSaya hampir putus asa sampai menemukan seseorang Ayu Amangku email ayuamangku@gmail.com yang membagikan testimoni seorang pemberi pinjaman online bernama Ibu Rika Anderson, dari RIKA ANDERSON LOAN COMPANY yang meminjamkan 100 juta pinjaman tanpa jaminan dan suku bunga yang terjangkau beberapa hari yang lalu. Saya juga melihat postingan di blog Margaretha Asmaran email margarethaasmaran@gmail.com.
Saya juga bertanya kepada Merpati Darma melalui email merpatidarma@gmail.com dan saya yakin dan setelah pinjaman saya ditransfer ke rekening bank BCA saya, saya terkejut melihat saldo rekening saya dan menemukan jumlah yang saya serahkan ditransfer langsung ke bank saya akun oleh ibu Rika Anderson tanpa penundaan. Dan saya berjanji akan membagikan kabar baik agar orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres.
Dan Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: lestariabyasan@gmail.com Tolong saya ingin Anda menggunakan informasi ini dan terbebas dari kesulitan keuangan Anda.
KESAKSIAN: Lestari Abyasa
BCA: 7683724750
dari Balikpapan di Indonesia.
Saya adalah saksi sejati dari perusahaan peminjaman Ms. Rika.
PERUSAHAAN PINJAMAN RIKA ANDERSON
Situs web: rikaandersonloancompany.webs.com
Email: rikaandersonloancompany@gmail.com
Hanya Whatsapp: +1(323) 689-3663